Translate

Jumat, 25 Juli 2008

hantu laut 1

karna kebanyakan renungan pasti pada males ya bacanya

ini sedikit cerita2 hantu nih biar gak bosen

Saya kbetulan dpt tugas di pengeboran lepas pantai di laut Vietnam.

Pada hari ke-3 saya di sana, ada kecelakaan maut. Seorang pekerja jatuh dari atas menara setinggi 6 meter. Sebut saja namanya 'Alex' (not real name). Alex jatuh bebas di permukaan lantai yang terbuat dari besi. Bisa anda bayangkan pasti mati. Dia memakai peralatan pengaman kerja yang komplit, helm pengaman kepala, baju khusus, sabuk pengaman, dsb.

Alex terkapar dilantai dgn posisi terlentang. Semua pekerja lainya segera memberikan pertolongan, di angkat ke medical room. 30 menit kemudian dia sadar, ternyata Alex tidak mati. Dan anehnya tidak ada luka/cacat sedikitpun.
Setelah itu pimpinan kerja, meminta dia untuk istirahat.

Besoknya, kelakuan Alex tampak berbeda sekali dgn hari-hari sebelumnya, jadi pendiam dan pemurung. Alex tidak suka lagi kumpul-kumpul di recreation room sehabis selesai bekerja, dia lebih suka mengurung diri di kamarnya.

3 hari kemudian, dilaporkan ada seorang pekerja yang hilang. Dan diadakan pencarian, sampai dibentuk team SAR, tapi hasilnya nothing.

5 hari setelah kejadian itu, dilaporkan ada pekerja yang hilang lagi, dan diadakan pencarian, seperti yg lalu, but no result.

3 hari setelah org ke-2 hilang, dilaporkan lagi ada pekerja yang hilang.

Entah siapa yg punya ide, akhirnya dicari orang pintar untuk membantu memecahkan persoalan ini. Kemudian orang kantor yg ada di darat mengirimkan berita lewat email. Yg isinya; bahwa ke-3 org itu tidak hilang masih berada di anjungan lepas pantai tempat kami bekerja, dan sudah meninggal. Ke-3 orang itu sudah di makan siluman / hantu laut, yang berwujud pekerja, yang seharusnya telah mati.

Mendapatkan email tersebut, kami semua pimpinan mengadakan rapat, dan ahirnya mencurigai si Alex. Malam itu juga, kita gedor kamarnya, dan di buka paksa.

Hasilnya, begitu pintu kamar si Alex terbuka, bau busuk bangkai menyengat hidung kami. Kami nyalakan lampu kamarnya, dan kami menemukan sesuatu yang sangat mengerikan. Bangkai 3 org manusia, yg dagingnya sudah robek seperti habis dimakan anjing. Dan kami juga menemukan tubuh Alex yang tidur di ranjangnya seperti mayat, pucat.

Setelah diperiksa kondisi tubuh Alex, ternyata dia sudah mati, dan sebagian tubuhnya juga mulai membusuk.

Kesimpulannya: Tubuh Alex telah dimasuki roh jahat / siluman / hantu laut, pada waktu dia jatuh 12 hari yang lalu. Dan kami langsung mengamankan 4 mayat tersebut, dan mengirim ke darat untuk di bakar sesuai kepercayaan mereka.

Semua record yang kita miliki mengenai jatuhnya si Alex, dan hilangnya 3 org pekerja, dimusnahkan. Dan kami membuat laporan ke keluarganya bahwa 4 orang tersebut jatuh ke laut dan tidak berhasil menemukan jasadnya.

orang sial dan orang beruntung

Kita semua pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si Untung. Pemalas, tidak pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah itu si Untung. Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung, dont worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “gut feeling”. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, “mendengarkan intuisi” itu bagaimana? Apakah tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu? Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan.

Karena ini subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara.

Tapi kalau pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami. Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun kemudian saya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus.

Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa beruntung. Termasuk termans semua.

Siap mulai menjadi si Untung?

satu dolar sebelas sen ditambah keyakinan

Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya
sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi. Ia sedang menderita
sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka
lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal
yang sekarang bisa menyelamatkan jiwa Georgi... tapi mereka tidak
punya biaya untuk itu.



Sally mendengar ayahnya berbisik, "Hanya keajaiban yang bisa
menyelamatkannya sekarang."



Sally pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat
persembunyiannya. Lalu dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke
lantai dan menghitung secara cermat...tiga kali. Nilainya harus
benar-benar tepat.



Dengan membawa uang tersebut, Sally menyelinap keluar dan pergi ke
toko obat di sudut jalan. Ia menunggu dengan sabar sampai sang
apoteker memberi perhatian... tapi dia terlalu sibuk dengan orang lain
untuk diganggu oleh seorang anak berusia delapan tahun. Sally berusaha
menarik perhatian dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal.



Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase.

Berhasil !

"Apa yang kamu perlukan?" tanya apoteker tersebut dengan suara marah.

"Saya sedang berbicara dengan saudara saya."

"Tapi, saya ingin berbicara kepadamu mengenai adik saya," Sally
menjawab dengan nada yang sama. "Dia sakit...dan saya ingin membeli
keajaiban."

"Apa yang kamu katakan?" ,tanya sang apoteker.

"Ayah saya mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya
sekarang... jadi berapa harga keajaiban itu ?"

"Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil. Saya tidak bisa menolongmu."



"Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa
harganya."

Seorang pria berpakaian rapi berhenti dan bertanya, "Keajaiban jenis
apa yang dibutuhkan oleh adikmu?"



"Saya tidak tahu," jawab Sally. Air mata mulai menetes dipipinya.

"Saya hanya tahu dia sakit parah dan mama mengatakan bahwa ia
membutuhkan operasi.

Tapi kedua orang tua saya tidak mampu membayarnya... tapi saya juga
mempunyai uang."

"Berapa uang yang kamu punya ?" tanya pria itu lagi.

"Satu dollar dan sebelas sen," jawab Sally dengan bangga.

"Dan itulah seluruh uang yang saya miliki di dunia ini."



"Wah, kebetulan sekali," kata pria itu sambil tersenyum. Satu dollar
dan sebelas sen... harga yang tepat untuk membeli keajaiban yang dapat
menolong adikmu. Dia Mengambil uang tersebut dan kemudian memegang
tangan Sally sambil berkata, "Bawalah saya kepada adikmu. Saya ingin
bertemu dengannya dan juga orang tuamu."



Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal....

Operasi dilakukannya tanpa biaya dan membutuhkan waktu yang tidak lama
sebelum Georgi dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat.



Kedua orang tuanya sangat bahagia mendapatkan keajaiban tersebut.

"Operasi itu," bisik ibunya, "Adalah seperti keajaiban. Saya tidak
dapat membayangkan berapa harganya"

Sally tersenyum. Dia tahu secara pasti berapa harga keajaiban
tersebut...satu dollar dan sebelas sen.

Ditambah dengan keyakinan.

Rabu, 23 Juli 2008

Jgn suka mengancam anak anda

Ini adalah kisah tragis, dimana sebuah keluarga dalam satu hari kehilangan dua orang anaknya! Seorang anak mati kehabisan darah dan yang satunya mati terlindas mobil. Sebuah keluarga bahagia dengan 2 orang anak, yang bungsu adalah laki-laki berumur 3 tahun dan yang sulung adalah perempuan berumur 5 tahunan. Keluarga tersebut mempunyai seorang Pembantu/Pengasuh yang bekerja dan tinggal di rumah mereka.

Setiap keluarga didunia ini pasti mempunyai cara-cara tertentu yang menjadi kebiasaan dalam memberikan pengertian kepada anak-anak mereka entah itu dalam hal tindakan, contoh-contoh atau ucapan-ucapan saat memberikan "ancaman" agar menghentikan prilaku-prilaku yang tidak dikehendaki. Untuk keluarga ini, terlontar kata-kata: "Kalau ngompol terus, nanti dipotong tititnya!" Mungkin kata-kata tersebut sering terlontar dari mulut seorang pembantu/pengasuh (atau bahkan mungkin orang tuanya) ketika memarahi/menghukum/mengancam anak laki-laki yang masih berumur 3 tahunan.

Suatu ketika, pembantu/pengasuh tersebut pergi sebentar membeli sesuatu dan meninggalkan ke-2 anak majikannya di rumah dan anak lelaki kecil itu ditinggalkan dalam keadaan tertidur. Ketika si adik mengompol dalam tidurnya, Si kakak seketika mengambil pisau dan memotong titit si adik. Akibatnya darah segera mengucur tidak ada henti dari titit adiknya. Saat si pembantu datang, dan mengetahui hal inimaka bukan main shoknya Ia!

Ia segera melaporkan kejadian ini kepada majikannya. Sementara si kakak, karena takut dimarahi, Ia sudah lari bersembunyi. Ketika si orang tua melihat kondisi si bungsu, dengan darah berhamburan
kemana-mana, maka paniklah Ia! Saat itu tidak ada satupun urusan dimuka bumi ini yang hendak dilakukannya kecuali segera membawa si bungsu ke rumah sakit! Dengan segera ia mengambil kunci mobil dan mengangkat si Bungsu kedalam mobilnya, menghidupkan mobil dan segera tancap gas untuk
dibawa kerumah sakit.

Si kakak yang sangat ketakutan atas perbuatannya, saat itu, justru tengah bersembunyi di kolong mobil....terlindas dan mati seketika itu juga!. Sungguh mengenaskan!!! Makanya untuk yang menjadi orang tua sebaiknya memberikan ucapan-ucapan yang baik meskipun dalam memarahi anak seemosional-emosionalnya tetap harus diperhatikan. Apalagi didikan yang tidak baik justru menjadikan si anak salah persepsi. Semoga tidak terjadi pada anak Anda!

JANGAN SUKA CEMBERUT

 1. Senyum membuat Anda lebih menarik.
Orang yg byk tersenyum memiliki daya tarik.
Orang yg suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya nyaman dan senang.
Orang yg selalu merengut, cemburut, mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman.
Dipastikan orang yg byk tersenyum memiliki byk teman.

2. Senyum mengubah perasaan
Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum.
Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik.
Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah.

3. Senyum menular
Ketikan seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang.
Orang disekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia

4. Senyum menghilangkan stres
Stres bisa terlihat di wajah.
Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih.
Ketika anda stres,ambil waktu untuk tersenyum.
Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.

5. Senyum meningkatkan imunitas.
Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik.
Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks.
Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.

6. Senyum menurunkan tekanan darah
Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat anda tersenyum saat diperiksa.
Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah.

7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin
Senyum ibarat obat alami.
Senyum bisa menghasilkan endorphin,pemati rasa alamiah, dan serotonin.
Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit.


8. Senyum membuat awet muda
Senyuman menggerakkan byk otot .
Akibatny otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift.
Dijamin dengan byk tersenyum Anda akan terlihat lebih awet muda.

9. Senyum membuat Anda kelihatan sukses.
Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri,terkenal, dan bisa diandalkan.
Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien.
Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik.

10. Senyum membuat orang berpikir positif.
Coba lakukan ini : pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah.
Penyebabnya, ketika Anda tersenyum,tubuh mengirim sinyal "hidup adalah baik".
Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah.

Jumat, 18 Juli 2008

Dasar padang gebleQ

Ini saya ambil dari email seorang praktisi periklanan, karena baguus dan inspirational maka saya share di sini 
silahkan membaca...

------------------------------------------------------------------------


Dasar Padang Geblek !!!
by MTA - Made Teddy Artiana
http://semarbagongp etrukgareng. blogspot. com


Ketika pertama kali tulisan ini dibuat dan iseng kukirimkan ke teman-teman dekat, beberapa teman yang kebetulan orang padang mengernyitkan dahi. Bahkan ada seorang sahabat yang langsung menelponku, dan bertanya lugas.."Heh Bali, maksudmu apa ?".Ha..ha..ha. .kontan saja aku tertawa. Untungnya ketika kubujuk untuk membaca, mereka bersedia juga.

Dulu, kira-kira sepuluh tahun yang lalu, ketika masih berstatus mahasiswa, sekaligus anak kos di Depok sana. Dengan modal cita-cita setinggi langit, meskipun tanpa didukung dengan keadaan keuangan yang mencukupi, kami bertahan. Cerita nonfiksi meskipun terdengar agak klise tentang perjuangan seorang mahasiswa.
Tersebutlah sebuah rumah makan padang yang sederhana dan seorang Uda (sebutan kakak untuk saudara-saudara kita yang berasal dari Padang) yang menempati tempat unik pada keseluruhan kisah perjuangan kami. Rumah makan padang itu menjadi langganan kami, untuk mengisi kampung tengah alias perut ketika cacing-cacing mulai memanggil. Hampir setiap hari kami nongkrong disana. Nama rumah makannya, tidak sempat untuk diingat, apalagi nama Sang Uda. Tetapi jika disuruh mengingat wajah Si Uda, seratus persen aku sanggup. Ingatan akan wajahnya sedemikian kuat sehingga aku tak pernah kesulitan untuk melukiskannya. Nah berhubung nama asli kedua tidak sempat kami ingat, kami memanggil keduanya dengan sebutan Geblek. Rumah makan itu sebagai "Padang Geblek" dan Si Uda dengan sebutan "Uda Geblek". Uniknya sebutan ini berasal dari senior-senior kami, bahkan konon yang pertama kali menamai sebutan itu adalah seorang senior yang kebetulan seorang berdarah Padang !

"Dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek", begitu seloroh yang sering muncul diantara kami. Anehnya ketika seloroh itu muncul, tidak ada ekspresi 'hina' diwajah mereka, malah tampak jelas rasa hormat yang dalam terhadap Si Uda Geblek. Dan satu lagi, ada sebuah percakapan yang unik yang selalu diulang-ulang. Percakapan ini dulu juga sempat terjadi padaku dan tentunya terjadi pada teman-teman baru yang belum mengetahuinya.

"Makan yok"
"Dimana ?"
"Di Padang Geblek"
"Apa ???"
"Iya..Padang Geblek.."
"Lho kok Geblek ? Nama rumah makan padangnya kok aneh"
"Iya nanti lu juga tahu kenapa Geblek, dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek"
"Mahal nggak ?"
"Nah itu dia Gebleknya…tenang aja"

Ketika pertama kali makan ditempat itu, dengan segeralah kita mengetahui mengapa sebutan Geblek diperuntukkan padanya. Si Uda tidak pernah akan segan, menambahkan nasi atau sayuran bahkan lauk pada pesanan kita.

"Nasi lagi ? Cowok masak segitu makannya"
"Ini ayam goreng kemaren malam, tapi masih bagus, mau ya ?"
"Nih Uda tambahkan daging cincangnya"
"Nih uda kasih rendang".

Itu sederetan kalimat favorite-nya, yang begitu sering kami dengan hingga hafal. Biasanya, mereka yang baru pertama kali kesana, akan membelalakkan mata, terkaget-kaget menyaksikan kegeblekan Si Uda,sambil menoleh kearah kami yang tersenyum-senyum geli. "Graaaatisssssss !!" seru kami sambil tertawa bersama. Itulah Kegeblekan Si Uda. Tak jarang kami menggeleng-gelengka n kepala jika mendengar pengalaman-pengalam an unik dari begitu banyak teman-teman yang mengalami ke-geblek-kan Si Uda. Uda…Uda…bagaimana bisa untung. Kaya ? Apalagi !!!

Tapi memang itulah yang dilakukan Uda Geblek. Aneh tapi nyata. Geblek, namun membawa berkah buat kami. Penasaran tentang filosofi hidupnya, setelah kenal dekat akupun memberanikan diri bertanya kepadanya.

"Begini..", jawabnya sambil tersenyum mengangguk-anggukan kepala,"Uda ini punya anak dirantau yang juga kuliah, kalau uda baik sama mahasiswa-mahasiswa , pasti anak-anak uda disana juga dibaikin sama orang-orang. Kalau kita kasih orang makan, pasti anak-anak uda tidak akan kekurangan makan. Doa-doa syukur orang yang kita tolong itulah yang jadi keuntungan buat kita. Apalagi orang tua uda mengajarkan kalau mau kaya jadilah Padang Bengkok, tapi kalau mau beruntung dalam hidup ini, kita tidak bisa jadi Padang Bengkok, kita harus lurus".

Betapa benarnya Si Uda Geblek, ternyata filosofi unik inilah yang membuat ia tidak saja mendapatkan keberuntungan hidup tetapi juga sebuah keuntungan bisnis yang tidak kecil. "Padang Geblek" menjadi sebuah brand yang sangat kuat dikalangan para mahasiswa waktu itu. Belum lagi slogan "Dari semua orang Padang, hanya dia yang Geblek !!", yang diciptakan oleh kami para mahasiswa menjadi sebuah slogan marketing yang unik dan ampuh. Saking ampuhnya slogan itu, hingga hampir siapapun yang mendengarnya akan tertarik untuk berkunjung ke rumah makannya. Bahkan lebih dari itu, kami-kami ini seolah bertindak sebagai sales marketing yang membentuk sebuah fansclub yang demikian loyal menyebarkan cerita-cerita kemurahan hati Si Uda Geblek. Itu semua terjadi tanpa rekayasa. Bukan Si Uda yang menciptakan semuanya, tidak ada ahli marketing yang disewa untuk menciptakan kondisi seperti itu, apalagi teori-teori rumit yang memusingkan kepala dan kantong tentunya. Singkatnya : tidak ada 'Orang Pintar' dibalik semuanya itu, yang ada hanyalah orang yang berdagang dengan 'Nuraninya' dan hidup bertutur bahwa orang-orang seperti inilah yang pasti mendapat dukungan dan keberuntungan dari Sang Pemilik Hidup, The Invicible Hand, sumber segala rezeki dan keberuntungan.

Akhir kata…Terimakasih atas ke-Geblekan mu Uda. Entah apa yang terjadi pada kami-kami ini, jika Uda tidak geblek !!!.

Sabtu, 12 Juli 2008

pementasan drama

Suatu ketika di sebuah sekolah, diadakan pementasan drama. Pentas drama yang
meriah, dengan pemain yang semuanya siswa-siswi disana. Setiap anak mendapat
peran, dan memakai kostum sesuai dengan tokoh yang diperankannya. Semuanya
tampak serius, sebab Pak Guru akan memberikan hadiah kepada anak yang tampil
terbaik dalam pentas. Sementara di depan panggung, semua orangtua murid ikut
hadir dan menyemarakkan acara itu.

Lakon drama berjalan dengan sempurna. Semua anak tampil dengan maksimal. Ada
yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya, ada juga yang
menjadi nelayan, dengan jala yang disampirkan di bahu. Di sudut sana, tampak
pula seorang anak dengan raut muka ketus, sebab dia kebagian peran pak tua yang
pemarah, sementara di sudut lain, terlihat anak dengan wajah sedih, layaknya
pemurung yang selalu menangis. Tepuk tangan dari para orangtua dan guru kerap
terdengar, di sisi kiri dan kanan panggung.

Tibalah kini akhir dari pementasan drama. Dan itu berarti, sudah saatnya Pak
Guru mengumumkan siapa yang berhak mendapat hadiah. Setiap anak tampak berdebar
dalam hati, berharap mereka terpilih menjadi pemain drama yang terbaik. Dalam
komat-kamit mereka berdoa, supaya Pak Guru akan menyebutkan nama mereka, dan
mengundang ke atas panggung untuk menerima hadiah. Para orangtua pun ikut
berdoa, membayangkan anak mereka menjadi yang terbaik.

Pak Guru telah menaiki panggung, dan tak lama kemudian ia menyebutkan sebuah
nama. Ahha…ternyata, anak yang menjadi pak tua pemarah lah yang menjadi juara.
Dengan wajah berbinar, sang anak bersorak gembira. “Aku menang…”, begitu
ucapnya. Ia pun bergegas menuju panggung, diiringi kedua orangtuanya yang tampak
bangga. Tepuk tangan terdengar lagi. Sang orangtua menatap sekeliling, menatap
ke seluruh hadirin. Mereka bangga.

Pak Guru menyambut mereka. Sebelum menyerahkan hadiah, ia sedikit bertanya
kepada sang “jagoan, “Nak, kamu memang hebat. Kamu pantas mendapatkannya.
Peranmu sebagai seorang yang pemarah terlihat bagus sekali. Apa rahasianya ya,
sehingga kamu bisa tampil sebaik ini? Kamu pasti rajin mengikuti latihan, tak
heran jika kamu terpilih menjadi yang terbaik..” tanya Pak Guru, “Coba kamu
ceritakan kepada kami semua, apa yang bisa membuat kamu seperti ini..”.

Sang anak menjawab, “Terima kasih atas hadiahnya Pak. Dan sebenarnya saya harus
berterima kasih kepada Ayah saya dirumah. Karena, dari Ayah lah saya belajar
berteriak dan menjadi pemarah. Kepada Ayah lah saya meniru perilaku ini. Ayah
sering berteriak kepada saya, maka, bukan hal yang sulit untuk menjadi pemarah
seperti Ayah.” Tampak sang Ayah yang mulai tercenung. Sang anak mulai
melanjutkan, “..Ayah membesarkan saya dengan cara seperti ini, jadi peran ini,
adalah peran yang mudah buat saya…”

Senyap. Usai bibir anak itu terkatup, keadaan tambah senyap. Begitupun kedua
orangtua sang anak di atas panggung, mereka tampak tertunduk. Jika sebelumnnya
mereka merasa bangga, kini keadaannya berubah. Seakan, mereka berdiri sebagai
terdakwa, di muka pengadilan. Mereka belajar sesuatu hari itu. Ada yang perlu
diluruskan dalam perilaku mereka.

***

Teman, setiap anak, adalah duplikat dari orang di sekitarnya. Setiap anak adalah
peniru, dan mereka belajar untuk menjadi salah satu dari kita. Mereka akan
belajar untuk menjadikan kita sebagai contoh, sebagai panutan dalam bertindak
dan berperilaku. Mereka juga akan hadir sebagai sosok-sosok cermin bagi kita,
tempat kita bisa berkaca pada semua hal yang kita lakukan. Mereka laksana air
telaga yang merefleksikan bayangan kita saat kita menatap dalam hamparan
perilaku yang mereka perbuat.

Namun sayang, cermin itu meniru pada semua hal. Baik, buruk, terpuji ataupun
tercela, di munculkan dengan sangat nyata bagi kita yang berkaca. Cermin itu
juga menjadi bayangan apapun yang ada di depannya. Telaga itu adalah juga
pancaran sejati terhadap setiap benda di depannya. Kita tentu tak bisa,
memecahkan cermin atau mengoyak ketenangan telaga itu, saat melihat gambaran
yang buruk. Sebab, bukankah itu sama artinya dengan menuding diri kita sendiri?

Teman, saya ingin berpesan kepada kita semua, “berteriaklah kepada anak-anak
kita saat kita marah, maka, kita akan membesarkan seorang pemarah. Bermuka
ketuslah kepada mereka saat kita marah, maka kita akan membesarkan seorang
pembenci, dan biarkanlah mulut dan tangan kita yang bekerja saat kita marah,
maka kita akan belajar menciptakan seorang yang penuh dengki…”

Peran apakah yang sedang kita ajarkan kepada anak-anak kita saat ini? Contoh
apakah yang sedang kita berikan kali ini? Dan panutan apakah yang sedang kita
tampilkan? Teman, percayalah, mereka akan selalu belajar dari kita, dari orang
yang terdekatnya, dari orang yang mencintainya. Merekalah lingkaran terdekat
kita, tempat mereka belajar, menerima kasih sayang, dan juga tempat mereka
meniru dalam berperilaku.

Saya berharap, bisa menjadi orang yang sabar saat melihat seorang anak
menumpahkan air di gelas yang mereka pegang. Saya berharap menjadi orang yang
ikhlas, saat melihat mereka memecahkan piring makan mereka sendiri. Sebab,
bukankah mereka baru “belajar” memegang gelas dan piring itu selama 5 tahun,
sedangkan kita telah mengenalnya sejak lebih 20 tahun? Tentu mereka akan butuh
waktu untuk bisa seperti kita.

ayah yang melindungi anaknya

Pada suatu hari ada seorang raja yang memerintah di sebuah kerajaan. Dia mempunyai seorang anak. Suatu saat raja membuat kebijakan yaitu jika ada seorang warga yang melakukan kejahatan akan dihukum mati oleh algojo kerajaan. Hingga tiba sesuatu yang tidak menyenangkan, anak dari raja tersebut telah melakukan sebuah kejahatan sehingga anaknya harus dihukum mati. Raja tersebut merenung setiap harinya. Hingga datangnya hari penghakiman tersebut anaknya datang ke pengadilan kerajaan dan tidak melihat ayahnya disana.
"Mungkin ayah kecewa denganku sampai2 dia tidak datang ke hari terakhirku di dunia ini..." ujar anak raja tersebut dalam hati.
Lalu pengadilan mulai mengadili anak tersebut. Dan menyatakan bahwa :
"Kamu telah bebas karena ada seseorang yang telah menebus kesalahanmu" kata hakim tersebut.
Anak itu senang karena dia terlepas dari hukuman tersebut. Lalu dia berkata :
"Kalau boleh tau siapa yang nebus dosaku???" kata anak tersebut
"Yang menebus kesalahanmu itu adalah...." kata hakim tersebut terpatah-patah
"Siapa2? aku mau berterima kasih untuknya..." kata anak tersebut dengan antusias
"Yang menebus kesalahanmu adalah orang paling agung di kerajaan ini. Raja dari kerajaan ini. Dia mati untuk menebus dosamu...yaitu ayahmu nak..."

cerita mengharukan

Diriwayatkan bahwa Kaisar Romawi menulis surat kepada Ma'awiyah binAbi Sufyan yang dibawa oleh seorang utusan. Isi surat tersebut:"Beritahukan kepada saya tentang suatu yang tidak ada kiblatnya(pengimaman), tentang yang tidak punya ayah, tidak punya keluarga(ibu-bapak) dan orang yang dibawa-bawa oleh kuburannya. Juga tentang tiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim, tentang sesuatu,setengahnya dan yang tidak terbilang. Kirimlah kepadaku dalam botol suatu bibit (sumber dari segala sesuatu)".

Ma'awiyah r.a. kemudian mengirimkan surat dan botol tersebut kepadaAbdullah Ibnu Abbas r.a., pakar dan tokoh ulama fikih agar menjawabsurat itu.

Ibnu Abbas r.a. menjawab sebagai berikut: "Yang tidak punya kiblat(pengimaman) adalah Ka'bah. Yang tidak punya Ayah adalah Isa as. Yangtidak punya keluarga (ayah-ibu) ialah Adam as. Yang dibwa-bawa olehkuburannya ialah Yunus as yang ditelan oleh ikan hiu.

Adapaun tiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim ialah domba NabiIbrahim as., unta betina Nabi Saleh as., dan ular Nabi Musa as..

Adapun 'sesuatu' itu ialah orang berakal yang menggunakan akalnya.Setengah (separo) dari sesuatu ialah orang yg tidak berakal tetapimengikuti pendapat orang-orang yang berakal. Adapun yang tidak terbilang (apa-apa) ialah orang yang tidak berakal dan tidak maumengikuti pikiran orang-orang yang berakal.

Kemudian, beliau mengisi botol sehingga penuh dengan air dan berkata,"Air adalah bibit (sumber) dari segala sesuatu."

Jawaban surat Ma'awiyah dikirimkan kepada Kaisar yang menanggapinyadengan penuh kekaguman.

kisah nyata

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur (Filipina) yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan.

Tindakannya selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu Andy? Apakah kamu akan ke sekolah ?"

"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut,"Jangan menyeberang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke seberang jalan . jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang ?? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan .. sahabatku."

Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya didepan altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya . aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan! . aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya . lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau tahu ini sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa .. paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah.
Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah . Tolong Bantu mereka supaya bisa sekolah lagi . tolong Tuhan ??
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.
Tuhan . Engkau mau lihat lukaku ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini .. disini .. aku rasa Engkau tahu yang ini khan .....??
Tolong jangan marahi Ibuku ya ..??? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukul kami.
Oh Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, namanya Anita ... menurut Engkau apakah dia akan menyukaiku ??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei .. ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira?? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu .tapi ini kejutan bagiMu. Aku berharap Engkau akan menyukainya. Ooops aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta....Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyeberang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah .. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan pengelolaannya kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga sering mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Mereka sedang berlutut memegangi rosario mereka ketika Andy tiba dari pesta natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku ...'

"Kurang ajar kamu bocah !!! tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"

Andy begitu terkejut, " Dimana Bapa Pendeta Agaton .??? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya . dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja . tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus ini hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ...."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.

Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah ..kamu akan mendapatkannya !!!"

Oleh karena itu Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya yang berbahaya tersebut didepan Gereja. Dia mulai menyeberang. ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut.

Waktunya hanya sedikit untuk menghindar .. dan Andy tewas seketika.

Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tak bernyawa.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, " Maaf Tuan. apakah Anda keluarga bocah malang ini ? Apakah Anda mengenalnya ?"

Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam segera berdiri dan berkata," Dia adalah sahabatKu." Hanya itulah yang Dia katakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadaNya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah malang tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan.

Dia berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andy terisak.

"Apa katanya ?"

Ayah Andy berkata ,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai Dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu ...

"Apa yang dia katakan?"

"Dia berkata kepada puteraku .." Ujar sang Ayah "Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaKu." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah .. aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu Kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita didalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta..siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu ? anda seharusnya mengetahui karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali pada waktu puteraku meninggal ."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik," Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa, kecuali dengan Tuhan."

pelajaran dari kupu2

Suatu hari, seorang pria duduk di taman dan matanya tertumbuk pada sebuah kepompong yang ada di dekatnya. Ada celah kecil yang diperhatikannya, ternyata calon kupu-kupu sedang berjuang keras selama berjam-jam untuk mendorong tubuhnya keluar melalui lubang itu.

Tampaknya usaha keras itu sia-sia saja, karena tidak ada perkembangan yang berarti. Seolah-olah calon kupu-kupu itu telah sampai ke satu titik akhir dan tidak bisa berlanjut lagi. Maka dia memutuskan untuk membantu kupu-kupu itu.

Pria ini mengambil gunting dan membuka kepompong, dan kupu-kupu itu segera dapat keluar dengan sangat mudahnya. Tapi apa yang terjadi? Tubuh kupu-kupu itu tidak sempurna, bentuknya kecil dan sayapnya tidak dapat mengembang.

"Tidak lama lagi sayapnya pasti terbuka, membesar, dan berkembang..." Pria itu terus memperhatikan dan berharap. Tapi itu tidak terjadi... Kenyataannya, kupu-kupu itu malah menghabiskan seluruh hidupnya merayap dengan tubuhnya yang lemah dan sayap yang terlipat. Kupu-kupu itu tidak pernah bisa terbang...

Pria itu berniat baik dengan perbuatannya, tapi sayangnya dia tidak mengerti, bahwa perjuangan kupu-kupu untuk lepas dari kepompongnya dengan mengeluarkan seluruh cairan dari tubuhnya adalah suatu proses yang sangat penting. Proses itu dibutuhkan agar sayapnya dapat berkembang dan siap untuk tebang begitu dia keluar dari kepompongnya, seperti yang telah ditentukan Tuhan...

Seringkali perjuangan adalah sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa cobaan, kondisi itu akan membuat kita lemah, kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan, dan kita tidak akan pernah terbang.

Kita meminta kekuatan... dan Tuhan memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat kita menjadi kuat.

Kita meminta kebijaksanaan... dan Tuhan memberikan kita masalah yg harus kita pecahkan.

Kita meminta kemakmuran...dan Tuhan memberikan otak dan kekuatan untuk bekerja.

Kita meminta keberanian...dan Tuhan memberi kita tantangan untuk kita hadapi.

Kita meminta cinta...dan Tuhan memberikan orang yang dalam kesulitan untuk kita bantu.

Kita meminta pertolongan...dan Tuhan memberi kita kesempatan

Kita tidak menerima apa yang kita inginkan... tapi kita menerima apa yang kita butuhkan.

Jalanilah hidup tanpa ketakutan, hadapi semua masalah dan yakinlah bahwa kita dapat mengatasi semua itu.

"Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

KAYA DAN MISKIN

Suatu kali seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya mengajak puteranya berjalan-jalan ke luar kota. Dia ingin menunjukkan padanya betapa mungkinnya kemiskinan menimpa sekelompok orang. Mereka tinggal beberapa hari dalam sebuah peternakan milik keluarga yang sangat miskin. Saat mereka pulang kembali ke rumah, sang ayah bertanya kepada puteranya :

"Bagaimana perjalanan kita barusan?"

"Menyenangkan, Ayah."

"Dapatkah kamu melihat betapa orang bisa menjadi miskin?"

"oh, ya."

"Jadi, apa yang kamu peroleh dari perjalanan itu?"

Sang anak menjawab : "Aku menyadari bahwa kita memiliki seekor anjing, dan mereka mempunyai empat ekor. Kita memiliki sebuah kolam yang panjangnya sampai ke tengah lapangan, dan mereka mempunyai sebuah sungai kecil tanpa ujung. Pada malam hari kita memasang lampu buatan, dan mereka mengandalkan bintang-bintang. Kita membeli makanan kita, tapi mereka menanamnya sendiri. Kita dilindungi oleh tembok sekeliling kita untuk melindungi kita, tapi mereka memiliki teman-teman untuk menjaga mereka."

Kemudian dia menambahkan : "Terima kasih Ayah, karena ayah telah menunjukkan padaku betapa miskinnya kita!"

Betapa sering kita lupa apa yang kita miliki dan memusatkan pikiran pada apa yang tidak kita miliki. Sesuatu yang tak berharga bagi seseorang bisa jadi merupakan idaman orang lain. Segalanya bergantung pada cara pandang kita. Dapatkah kau bayangkan apa yang akan terjadi bila kita memilih untuk mengucap syukur pada Allah akan segala kelimpahan yang telah Dia sediakan daripada kuatir dan mengharap lebih banyak lagi?

garam dan telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air mukanya tampak ruwet. Tamu itu memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas lalu diaduknya perlahan.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya...", ujar Pak Tua itu.

"Pahit. Pahit sekali," jawab sang tamu sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu sedikit tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu lalu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.

"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah." Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"

"Segar," sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi. "Tidak," jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat, "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka bersama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam" untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Pohon mahoni dan Pohon bambu

Alkisah di suatu desa yang begitu sejuk dinaungi pepohonan rindang, tumbuhlah sebatang pohon mahoni yang begitu besar, menjulang tinggi seolah-olah ingin memberitahukan dunia betapa kuatnya dia. Tampak dia begitu memancarkan pesona wibawa bagi siapapun yang melihatnya.

Tak jauh dari tempat pohon mahoni itu berada, tumbuhlah serumpun kecil bambu. Dilihat kasat mata, sungguh suatu pemandangan yang begitu kontras, bagaikan langit dan bumi. Pohon mahoni yang begitu gagah dengan ranting-ranting besar, dan bambu yang begitu ramping, dengan dahan yang melengkung ke bawah.

Walaupun berbeda, mereka selalu hidup berdampingan. Sang bambu yang rendah hati selalu menyapa pohon mahoni setiap hari, hampir setiap waktu mereka berbincang dan berbincang.

Pohon mahoni selalu menyombongkan diri, betapa besar dan hebatnya dia, namun sang bambu tidak pernah jenuh mendengarkan kesombongan si pohon mahoni sambil tersenyum. Dia selalu mengomentari segala ucapan mahoni dengan pujian, dengan tulus hati.

Suatu malam, hujan deras menguyur desa tersebut disertai angin yang berhembus kencang. Suara gemuruh guntur turut menambah suasana semakin mencekam. Banyak pohon bertumbangan karena tidak kuat menghadapi hembusan angin kencang. Si pohon mahoni dan bambu pun turut terkena terpaan angin kencang, mereka mencoba bertahan dan berusaha untuk tidak tumbang.

Sang pohon mahoni yang panik, berusaha menahan angin kencang tersebut dengan badan nya yang besar. Namun badannya tidak cukup besar untuk menahan laju angin yang begitu kencang, dan akhirnya tumbanglah pohon mahoni tersebut.

Sang bambu yang berada disampingnya, tak terelakkan juga harus menghadapi tiupan angin kencang. Berbeda dengan mahoni yang mencoba menahan deruan angin kencang dengan dahannya yang kokoh, bambu hanya mengikuti kemana pun arah tiupan anginnya. Dengan fleksibelnya dia bergemulai dengan hembusan angin.

Angin kencang pun berlalu, sang bambu tetap berdiri di atas tanah, di samping pohon mahoni yang tumbang akibat terpaan angin kencang.

Dalam pencapaian sukses, manusia selalu dihadapi oleh realitas masalah yang selalu datang silih berganti. Untuk mencapai sukses, kita harus mampu menghadapinya dengan cara yang paling fleksibel. Kita harus mengetahui sumber permasalahan dan mencari jalan keluar terbaik.

Seperti sebatang bambu yang mengikuti terpaan angin, kita juga harus menyikapi masalah secara fleksibel, terbuka, tidak terpaku pada satu macam penyelesaian. Karena bila kita bersikap kaku, menggangap diri kita paling hebat dan kuat, tidak peduli dengan orang lain, niscaya kita akan tumbang seperti pohon mahoni yang besar.

kepala ikan dan tubuh ikan

"SELAMATT ULANG TAHUN PERNIKAHAN TUAN DAN NYONYA CHANG!!"
teriakan hadirin memenuhi ruangan, ini adalah ulang tahun pernikahan yang ke 75 buat Tuan dan Nyonya Chang, uLang Tahun pernikahan kali ini dirayakan secara besar2an dihadiri semua kerabat dan patner bisnis tuan Chang.

Pada saat memasuki acara santap siang Tuan dan Nyonya Chang di persilahkan mengambil hidangan terlebih dahulu.
Tuan Chang mengambil kepala ikan kerapu dan memberikannya kepada istrinya. Tapi tiba2 sang istri menangis dan terkulai lemas. Hadirin tentu saja bingung, begitu pula dengan Tuan Chang.
"Josephine kamu kenapa..?" tanya tuan Chang kepada nyonya Chang. 
"75 tahun aku menikah dengan mu, susah dan senang aku lalui bersama mu, sewaktu itu engkau belum sesukses ini.. Ingat kah waktu kita memasuki 2 tahun pernikahan kita dan kita hanya bisa merayakannya dengan sepotong ikan.. Saat itu musim dingin, engkau memberikan potongan kepala ikan kepadaku dan aku tidak mengeluh sedikit pun, aku lebih menghawatirkan kesehatan mu yang bekerja keras siang malam dan meberikan bagian tengah ke bawah ikan untuk mu.. Ingat kah saat kita memasuki masa2 yang makmur? Setiap hari kita bisa makan ikan, tapi setiap kali mulai memakan ikan engkau selalu memberi ku kepala ikan.. Dari kecil aku tidak pernah suka kepala ikan tapi selama 75tahun bersama dengan mu aku tidak pernah mengeluh memakannya. Kali ini sudah keterlaluan , Di ulang tahun pernihakan kita yang ke-75, Di depan Semua orang banyak engkau masih saja memberiku kepala ikan.."
kata Nyonya Chang kepada Tuan Chang

Tuan Chang meneteskan airmata, meski tidak terlihat seperti menangis tapi sepertinya dia merasakan kepedihan yang sama seperti Nyonya Chang.
"Josephine .. sumpah demi Tuhan , Kepala ikan adalah bagian yang paling kusukai dari ikan.. Dan selama 75 tahun aku menikah aku tidak memakannya karena kuberikan kepadamu..."

Nyonya Chang melihat linang air mata di mata Tuan Chang dan memeluknya.

hikmah dari cerita:
waktu bukan yang menentukan pasangan itu saling memahami atau tidak, komunikasi itu penting, keterbukaan juga dibutuhkan, dan belum tentu hal yang kita sukai disukai orang lain.

jangan berhenti berbuat baik

Dia hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri di pinggir jalan itu, tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiacnya di depan mobil Mercedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.

Walaupun dengan wajah tersenyum wanita tua itu tetap merasa khawatir, karena setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang menolongnya. Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu memprihatinkan. Wanita tua itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya lelaki tersebut tahu apa yang ia pikirkan. Lelaki itu berkata "Saya kemari untuk membantu anda bu, kenapa anda tidak menunggu di dalam mobil bukankah di sana lebih hangat? oh ya nama saya Bryan..."

Yach memang dia sudah terlalu lelah apalagi untuk wanita setua dirinya, hal ini benar-benar terasa berat. Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita tua itu untuk memperbaiki yang rusak.

Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita tua itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya. Ia berkata bahwa ia dari St Louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan. Wanita tua itu berkata berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika lelaki tersebut tidak menolongnya.

Bryan hanya tersenyum. Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.

Ia berkata kepada wanita tua itu : "Bila ia benar-benar ingin membalas jasanya, suatu saat nanti apabila ia melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan maka tolonglah orang tersebut ... dan ingatlah pada saya". Bryan menunggu sampai wanita tua itu menstater mobilnya dan menghilang dari pandangan.

Setelah berjalan beberapa mil wanita tua itu melihat kafe kecil, lalu ia mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar. Seorang pelayan wanita datang dan memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita tua itu memperhatikan bahwa sang pelayan sedang hamil, dan ia masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Bryan.

Setelah wanita tua itu selesai makan dan sang pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita tua itu pergi keluar secara diam-diam.

Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana wanita tua itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas di atas meja dan uang $1000. Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita tua itu : "Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu, maka inilah yang harus kamu lakukan : "Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang".

Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berfikir mengenai uang dan apa yang ditulis oleh wanita tua itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya?

Ia tahu bagaimana suaminya sangat risau mengenai hal ini, lalu ia memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan kecupan yang lembut sambil berbisik : "Semuanya akan baik-baik saja, I Love You Bryan".

Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar. Namun ingatlah satu hal : "Jangan pernah berhenti untuk berbuat baik"

hati seorang ayah

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya,
tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang
mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai
suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah ,
mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari
kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai
di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban
Ayahnya. Anak wanita itu berguman : " Aku tidak mengerti."

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa
penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita
itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku,
kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya,
membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya
lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan
badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi
demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar
benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."
Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia
tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu
seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali.
Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian
kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin
keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia
senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman
teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting
tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat
pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap
nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan
bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia
mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya
pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat
panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup
kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga
perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah
disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari
jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan
membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa
adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan
kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang
demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun
juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai
hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan
rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan
perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang
menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi &
mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan
pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa
Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang
baik adalah Istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi
perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali
kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada
Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta
saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa
Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari &
menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia &
BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki
yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha
mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya,
keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai
Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh
laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia
& Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut &
berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya
yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan
mencium telapak tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU,
AYAH."

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu
agung,
tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah... With
Love
to All Father " JIKA KAMU MENCINTAI Ayah mu / sekarang merasa sebagai
AYAH KIRIMLAH CERITA INI KEPADA ORANG
LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN MENYAYANGI
AYAHNYA & Dan Mencintai Kita Sebagai Seorang Ayah

". Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang
terbaik
untuknya.... ......... ......... ......... .....

Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang
terbaik
Buat keluarga kita........ . ......... .........

arti kehidupan

Berapa umur anda saat ini? 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun atau bahkan 60 tahun. Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda? Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalai kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.

Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba. Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai ibu rumah tangga, sebagai pelajar, sebagai seorang profesional, dll.
Seperti maaf dikejar anjing.. kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup. Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa. Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita hadapi di kantor.

Atau bagi pelajar dan mahasiswa, ketegangan mengikuti kuliah atau mata pelajaran adalah santapan sehari-hari.
Tak terasa, siang menjemput..."waktunya istirahat..makan-makan.." Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir. Otak serasa buntu. Pekerjaan Menjadi semakin berat untuk diselesaikan.

Matahari sudah berada tepat diatas kepala. Panas betul hari ini.. Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja..
Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk. Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai. Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di sebelah barat...

Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah.
Gelap mulai menjemput. Lelah sekali hari ini. Pekerjaan di kantor banyak. Sekarang jalanan macet. Kapan saya sampai di rumah. Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket. Nikmatnya air hangat saat mandi nanti.
Segar segar... Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah.

Dinamis sekali kehidupan ini. Waktunya makan malam tiba. Sang istri atau mungkin Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita. "Ohh..ada sop ayam" . "Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali". Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji masakan Ibunya. Itu juga kan yang sering kita lakukan.

Pastilah..
Selesai makan, bersantai sambil nonton TV dan akhirnya tertidur... Tak terasa heningnya malam telah tiba. Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap. Terelelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang baru lagi.

Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang. Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.
Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur.
Siang atau malam adalah sama.

Hanya rutinitas...sampai akhirnya maut menjemput. Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas. Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan.

Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi.

Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai istri kita, suami kita, orang tua kita, dan anak-anak kita, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.

Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Kuasa.
Kehidupan adalah ... dll

Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani. Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda? Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda? Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka?
Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi. Hanya Tuhan yang tahu.

Pandanglah disekeliling kita..ada segelintir orang yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita.
Anak-anak yang selalu merindukan waktu untuk bermain dengan orang tuanya. Suami atau istri yang membutuhkan waktu untuk saling berbagi. Orang tua yg selalu menanti kunjungan anak dan cucunya. Serta Tuhan yang setia menanti Ucapan Syukur dari bibir kita.

Bersyukurlah setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini.
Berbagilah dengan setiap orang. Cintailah suami,istri, orang tua dan anak-anak kita dengan tulus dan ikhlas. Buatlah hidup ini untuk melayani sesama.

Tidakkah anda ingat kalimat ini? Kami percaya bahwa hidup adalah untuk dinikmati, setiap manusia adalah untuk dikasihi, benda-benda adalah untuk digunakan dan kesempatan adalah untuk dibagikan.
Kami percaya bahwa sikap memperhatikan dan saling membagi adalah cara terbaik untuk menuju kemajuan, kebahagiaan, dan kesejahteraan dalam suatu ekonomi yang bebas.

Secara singkat "HIDUP ADALAH UNTUK MENGASIHI DAN MELAYANI." Tetaplah untuk terus MENGASIHI DAN MELAYANI...
Karena kita akan menemukan ARTI KEHIDUPAN YANG SESUNGGUHNYA...ARTI KEHIDUPAN YANG TERAMAT LUAS DAN DALAM.
Never Give Up!!!

Anda tidak akan pernah mengubah kehidupan sampai Anda mengubah apa yang Anda lakukan setiap hari.
Rahasia sukses Anda ditemukan di dalam kegiatan Anda sehari-hari
- John C. Maxwell -

TETESAN TERAKHIR

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat. Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini.

Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. ‘Hingga tetes terakhir', pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton : "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung. Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"

"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku".

Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.

"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.

jatuh cinta dan kemarahan

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya: "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab: "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."

"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar Menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Sang guru lalu berkata: "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan: "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?"

Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.

"Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Sang guru masih melanjutkan: "Ketika kamu sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, TAK mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang BIJAKSANA. Karena waktu akan membantumu.

penjaja kue

Semalam saya keluar dari Ranch Market jam 8.30.
Hujan deras.Petugas Ranch Market setengah berlari mendorong trolly berisi barang-barang belanjaan saya. Saya juga berlari-lari kecil menjajari langkahnya menuju mobil. Saya membukakan bagasi dan petugas memindahkan barang-barang belanjaan saya. seorang penjaja kue semprong mendekati kami. Memang setahu saya banyak penjaja kue semprong disana menjajakan barang dagangannya dengan sedikit memaksa.
Karena terlalu biasa saya tidak mengacuhkannya, apalagi di hujan deras seperti ini. Setelah memberikan tip saya masuk mobil, namun masih saya dengar ucapan penjaja kue semprong tersebut,
"Bu, beli kue semprongnya untuk ongkos pulang ke Tangerang".
Didalam mobil saya berpikir saya kasih uang saja karena penganan yang saya beli di supermarket sudah cukup banyak, bagaimana jika tidak ada yang menghabiskannya. Nanti jatuhnya mubazir. Saya memang lebih suka dengan para penjaja kue seperti ini ketimbang pengemis.Pelajaran berharga yang pernah saya dapat dari mantan bos saya sembilan tahun lalu.

Masih teringat ucapannya ketika itu kami berdiskusi di kantor.
"Coba kalau ada penjaja makanan atau barang dan pengemis dilampu merah mana yang kamu berikan uang?" tanyanya.
Belum sampai kami menjawab, ia berkata lagi "Pasti yang kamu berikan uang si pengemis itu dan penjaja makanan atau barang itu kamu acuhkan".
Secara serempak kami mengiyakan. "Coba pikirkan lagi, si pengemis itu pemalas tidak bermoral, kenapa kita kasih uang, sementara si penjaja makanan ataupun barang punya harga diri, dan pastinya secara pribadi lebih baik dari si pengemis, lalu kenapa kita tidak membeli barang dagangan si penjaja makanan atau barang tersebut?" Teman saya nyeletuk, "Karena kita ngga butuh". Mantan bos saya bergumam, "Ya betul karena kita tidak butuh".

Obrolan itu begitu singkat, tapi begitu mengena di hati saya. Pak Teddy Sutiman membuka mata hati saya untuk lebih bijaksana dalam melihat suatu persoalan, bukan hanya berpikir praktis saja. Dan sejak itu saya lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan atau barang di jalanan dibandingkan para pengemis.

Penjaja jual kue semprong itu masih dengan setia menanti disisi mobil saya. Saya menghela nafas. Bukan karena tidak rela berbagi rejeki tapi karena menyesali banyak sekali penganan yang sudah saya beli tadi. Akhirnya saya membuka kaca, "Pak, saya tidak mau beli kue semprongnya, tapi kalau bapak saya beri uang mau tidak?". Tidak dinyana penjaja kue semprong itu menggelengkan kepalanya dan pergi dengan cepatnya dari sisi mobil saya. Saya tersentak dan menutup kaca jendela, hujan mengguyur deras dan membanjiri sisi kaca dalam mobil saya karena berbicara dengan si penjaja kue semprong. Beberapa detik saya kehilangan daya ingat saya, karena tidak menyangka ucapan yang keluar dari penjaja kue semprong tadi. Sembilan tahun saya telah lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan ataupun barang dibanding pengemis. Sesekali jika saya tidak butuh barang mereka, selalu saya ucapkan kalimat tadi, dan hampir semuanya tidak pernah menolak pemberian saya. Baru kali ini ada yang menolaknya. Baru kali ini


Hujan mengguyur makin deras dan saya masih terpaku di mobil, terbayang ucapannya "...untuk ongkos pulang ke Tangerang.." Sementara total nilai belanjaan saya tadi mungkin bisa untuk ongkos pulang Bapak penjaja kue semprong selama tiga bulan. Tersentak saya mencari-cari bayangan penjaja kue semprong ditengah kabut dari derasnya hujan, terlihat pikulannya ada di pinggir teras sebuah toko tutup. Penjajanya duduk dibawah dengan muka pasrah. Saya mundurkan mobil menuju kearahnya. Kembali saya buka kaca jendela sebelah kiri ditengah guyuran hujan dan menjerit, "Pak, memang harganya berapa ?". Ia menyebutkan sejumlah harga yang sangat murah. Akhirnya saya katakan, "Ya sudah deh beli satu". Dia mebawa kue semprong pesanan saya didalam plastik. Sampai di mobil, saya serahkan uang, dan dia
bengong karena saya tidak menyerahkan uang pas. Saya tau dia pasti bingung memikirkan kembaliannya, tapi dengan cepat saya katakan, "Kembaliannya ambil buat Bapak saja". Dia bengong. "Ambil saja Pak, ini rejeki Bapak, memang hak Bapak". Dia meneguk ludah, sebelum sempat dia mengucapkan apa-apa saya langsung menutup kaca mobil dan pergi.

Tiba-tiba air mata ini mengalir deras melebihi derasnya hujan diluar sana. Kalau Bapak itu tidak menerimanya, saya tidak tahu seberapa sakitnya hati saya, karena didalam rejeki saya ada hak mereka termasuk hak Bapak penjaja kue semprong itu. Tiap bulan memang selalu saya sisihkan buat mereka, tapi mengetahui bahwa saya telah memberikan betul-betul kepada orang yang berhak menerimanya, betul-betul kepada orang yang berhati mulia,dan betul-betul kepada orang yang membutuhkannya, betul-betul membuat saya merasa hidup saya begitu bermakna dan saya sangat bersyukur atas rahmat-Nya.

Ditengah leher saya yang sakit sekali karena tercekat, saya berdoa kepada Allah agar Bapak penjaja kue semprong tersebut dan keluarganya diberikan rahmat, kemurahan rezeki dan kemudahan hidup oleh Allah. Dan saya bersyukur atas segala rahmat dan kemudahan hidup yang diberikan Allah kepada saya dan keluarga saya.

Hujan masih deras mengguyur kaca mobil. Mudah-mudahan hujan cepat reda supaya bapak penjaja kue tadi tidak kehujanan lagi.

kerja adalah kehormatan

Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

”Om beli bunga Om.”

”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.

”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”

Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya.

”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.” Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya.

”Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil. Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana.

Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. ”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?” Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, ”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.

Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangan.

8 kebohongan ibu

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Tempayan retak

Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak.

Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."

"Kenapa?" tanya si tukang air. "Kenapa kamu merasa malu?"

"Selama dua tahun ini, saya hanya mampu membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi," kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan. Itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias dunianya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

Kisah tentang pelaut

Ada satu kisah tentang seorang pelaut.
Selain menjadi pelaut yang ulung, dia adalah seorang yang taat dan selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pelayarannya.
Dalam setiap pelayaran ada berbagai masalah yang dia alami, mulai dari menghadapi ombak yang besar, hujan badai, bajak laut, serangan binatang-binatang laut dan lain-lain, dia selalu berhasil mengatasinya.
Meski begitu dia tak sombong, karena dia berfikir itu semua adalah pertolongan dari Tuhan.

Suatu ketika dalam pelayarannya yang ke sekian, sebuah ombak besar dan hujan badai membuat kapalnya jadi terombang-ambing dan kehilangan arah sehingga menabrak sebuah batu karang yang besar.
Tak ayal lagi kapalnya menjadi pecah berantakan, dan pelaut ini terlempar keluar dari kapalnya yang telah rusak.

Berbekal kepandaiannya dalam berenang, dia coba bertahan dan terus berenang untuk mencari tepian laut.
Entah berapa lama dia berenang sampai akhirnya dia kelelahan dan berhenti untuk berenang.
Dengan bersandar pada sebongkah kayu yang mengapung dilautan dia terdiam dan berdoa kepada Tuhan agar datang dan memberi pertolongan kepadanya.

Tak berapa lama sebuah kapal pencari ikan datang menghampiri dia, salah satu awak menghampiri dia, "Tuan ambillah pelampung ini, naiklah ke kapal kami!", teriak salah satu awak kapal itu. "Tidak, terimakasih. Tuhan akan datang menolongku." jawab sang pelaut. Dengan keheranan Kapal pencari ikan itu pergi.

Sepergi Kapal pencari ikan itu, datanglah sebuah kapal patroli menghampiri sang pelaut dan menawarkan pertolongan. "Tidak, terimakasih. Tuhan akan datang menolongku." jawab sang pelaut. Dengan keheranan pula kapal patroli itu pergi.

Tak berapa lama, datanglah kawan sang pelaut yang sama-sama pelaut dan telah mencarinya karena lama tak berjumpa. "kawan, naiklah ke kapalku!" pinta temannya sambil mengulurkan tangannya. "Tidak, terimakasih. Tuhan akan datang menolongku." jawab sang pelaut. Dengan keheranan dan kecewa kawan pelaut ini pergi.

Tidak berhenti disini, masih ada kapal-kapa lain yg datang dan menawarkan pertolongan, namun selalu dijawab dengan jawaban yang sama.

Waktu berlalu, karena kelelahan terapung dan badannya menjadi lemah, sang pelaut ini tak bisa menahan badannya lagi dan jatuh tenggelam ke dalam lautan akhirnya meninggal dunia.

Di alam lain, disuatu kesempatan sang pelaut bisa bertatap muka secara langsung dengan Tuhan, dia bertanya kepada Tuhan. "Tuhan Engkau baik kepadaku dan aku selalu berdoa kepada-Mu, tetapi ketika sebelum aku meninggal karena tenggelam, kenapa Engkau tidak datang menolongku?"

Dan Tuhan menjawab, " Anakku aku telah mengirimkan kapal pencari ikan, kapal patroli, bahkan kawanmu sendiri dan kapal-kapal yang lain dengan harapan engkau mau menaiki kapal itu untuk selamat, tetapi engkau tidak melakukannya."

Moral;
Terkadang kita tidak peka terhadap pertolongan yang Tuhan ingin berikan dan tertutup dengan cara pemikiran kita sendiri, sehingga membawa ke kecelakaan diri sendiri.

Semoga kisah diatas juga memberikan inspirasi untuk menjadi lebih baik

Samuel Mulia....

Samuel Mulia - Penulis Mode dan Gaya Hidup

Perancang mode terkenal Perancis, Yves Saint Laurent, tutup usia hari Minggu lalu. Salah satu perancang mode yang saya sukai. Kesukaan yang tak akan pernah hilang meski rumah mode atas namanya kini punya napas baru yang jauh dari apa yang dibuatnya dahulu. Kualitas yang berbeda, pendekatan yang berbeda.

Meninggal atau mangkat atau wafat atau game over bukan masalah. Masalahnya bagaimana proses menuju jalan akhir itu. Minggu lalu saya menulis betapa nelongso-nya SK Trimurti, saya kini lebih nelongso lagi membaca bagaimana perancang legendaris ini meninggal.

Begini ucapannya di Detikcom yang saya baca. ”Saya mengenal ketakutan dan kesendirian. Obat-obatan dan teman palsu itu. Penjara depresi dan rumah sakit. Saya berhasil keluar dari itu semua, silau tetapi sadar.”

Kalau minggu lalu jantung saya nyaris berhenti mendengar nelongso-nya Bu Trimurti, maka membaca kalimat itu tidak hanya membuat jantung saya ”benar berhenti”, tetapi berdiam lama, lama sekali. Mencoba mengerti apa yang dirasakan pria berusia 71 tahun ini menjelang ajalnya.

Rahasia umur panjang

Teman palsu. Saya tak mengerti apa yang dimaksud Monsieur Saint Laurent tentang itu. Saya pikir ia tak lagi mengartikan teman palsu dengan obat-obatan yang benar-benar mampu memalsukan hidupnya. Karena kalimatnya adalah obat-obatan dan teman palsu itu. Jadi, ada dua hal. Ini dan itu. Dan yang membuat saya berhenti lama, lama sekali, bukan kesepian yang dia rasakan, tetapi sebuah suara bertanya dari dalam hati, teman palsukah saya?

Perancang yang senantiasa bersetelan dan berdasi hitam ini nelongso karena teman palsunya. Kepalsuan yang membuatnya depresi, kemudian mematikan. Kepalsuan yang seperti racun di cerita Agatha Christie. Saya mencoba berandai-andai. Kalau saja ia ditemani manusia yang tidak palsu, mungkin paling tidak ia bisa memperpanjang usianya. Karena teman yang semacam itu memang membahagiakan, menyegarkan jiwa, sebuah sandaran yang tak akan membuatnya hanya melayang sejenak.

Jadi, sekarang saya baru menyadari rahasia panjang usia. Bukan hanya karena anugerah Tuhan semata, bukan hanya gara-gara mengatur makanan empat sehat lima sempurna, dan bukan juga karena memiliki materi bernama helikopter pribadi yang bisa membawa Anda dari rumah mewah di luar Jakarta untuk makan pagi di hotel berbintang di tengah Jakarta. Tetapi, memperpanjang usia bisa ditentukan dengan memiliki teman-teman yang tidak palsu. Yang bisa—meski tak selalu—menemani seseorang dalam kondisi apa pun. Di atas gunung atau di bawah kolong jembatan.

Palsu. Sebuah kondisi yang tidak asli, yang tidak genuine. Jadi, kalau teman palsu adalah teman yang tidak asli, yang tidak genuine. Yang pura-pura. Pura-pura genuine. Seperti barang bermerek palsu. Kualitas yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Kualitas yang kelihatannya bagus di luar, tetapi ketika waktu berjalan akan kelihatan keaslian sesungguhnya.

Dalam keterdiaman yang lama, nurani saya yang banyak bacot itu berbunyi lagi. ”Ayo ngaku, jij teman palsu apa enggak? Lo teman kualitas KW1 atau asli?”

Maka setelah terdiam dan terusik oleh nurani sendiri, saya memang harus jujur mengatakan, saya ini memang seperti barang merek palsu, terutama dalam pergaulan.

Saya ingin punya banyak jaringan pertemanan dan bisnis, maka saya menempel kepada beberapa sosok socialite, beberapa pejabat atau anak pejabat yang bisa mengantar saya ke tempat yang saya inginkan. Kalau disuruh menemani belanja di Hongkong saya tak bakal menolak, dikasih Blackberry apalagi. Saya tak keberatan menjadi kacung papan atas. Tetapi, ketika si socialite sedang tertimpa musibah, pejabat menjadi bangkrut, anak pejabat dipenjara karena kasus narkoba, maka saya tak akan lagi pernah menghubungi.

Mungkin, awalnya saya masih mau setor muka, lama- kelamaan saya setor muka di tempat lain. Seperti barang palsu. Awalnya memukau, kemudian luntur karena tak berkualitas. Saya bukan butuh teman, saya butuh muka. Jadi, begitu muka yang saya harapkan rusak, maka saya mencari yang lain. Socialite baru, pejabat baru dan anak pejabat baru.

Kalau nasi jadi bubur

Saya membayangkan Yves Saint Laurent. Sosok yang pernah begitu penting di dunia mode, yang keterkenalannya sejagat raya, yang teman-temannya bernama kondang dan superkondang. Mungkin ia kecewa karena teman-temannya yang ia pikir benar-benar genuine ternyata tak bedanya seperti mereka yang memalsukan kreasinya. Ia silau dan tak sadar.

Mungkin juga, ia merasa tersisih setelah rumah mode atas namanya pun bukan menjadi miliknya. Teman bisnis di kala senang tak lagi berpihak kepadanya. Maka, ketika ia sudah kesepian, ia baru tahu teman yang sesungguhnya dan yang palsu. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Ia sadar meski sekarang ia silau. Kalaupun ia kini kecewa karenanya, itu bisa jadi—ini cuma asumsi saya—ia pun tidak berhati-hati selama tinggal di bawah lampu yang berkilat, yang menyilaukan, yang tak mampu membuatnya sadar sepenuhnya sehingga ia sampai tak tahu palsu dari tidak palsu.

Kalau saja Yves bisa melihat di dalam tidurnya di peti mati, teman-teman palsunya yang seperti saya ini, bisa jadi hadir di pemakaman dengan air mata buaya mereka. Saya bisa jadi datang karena saya ingin orang tahu saya mengenal sosok kondang ini. Apalagi kalau pemakaman itu diabadikan di majalah-majalah internasional. Siapa tahu saya bisa diabadikan di dalam majalah, seperti Elton John di pemakaman Gianni Versace.

Teman palsu seperti saya ini bahkan bisa memanfaatkan hari-hari dukacita itu sebagai medium untuk menjadi kondang. Saya tak pernah mau merawat yang sakit karena momen penuh pengorbanan itu tak akan pernah diabadikan di majalah mode dan gaya hidup. Teman palsu seperti saya maunya cuma senang-senang. Saya tak pernah berpikir—mungkin tepatnya tak peduli—kepalsuan saya sebagai teman bisa menghantar orang kehabisan napas, meredup, dan kemudian padam.

Kilas Parodi: Kalau…

1. Ada teman Anda yang ayahnya pernah menjadi anggota PKI dan kemudian diampuni pemerintah, masihkah Anda mau bergaul dengan keluarga dan anaknya itu seperti Anda mau berteman dengan anak konglomerat yang koruptor?

2. Ada pilihan dan hanya boleh memilih satu. Kalau pada hari, tanggal, dan jam yang sama Anda memiliki undangan pernikahan mewah anak konglomerat yang didemo dan teman biasa bukan konglomerat, tetapi lumayan kaya, yang berdukacita karena anaknya meninggal, Anda memilih hadir di mana? Catatan: di pesta perkimpoian ada kemungkinan Anda bisa difoto bersama para jetsetter dan ada kemungkinan diabadikan di majalah mode dan gaya hidup. Sementara di tempat dukacita, Anda tak mungkin diabadikan, tetapi bisa mendapat bahan gunjingan untuk siap diedarkan sepulang dari rumah duka sebab anak teman Anda meninggal karena sesuatu hal yang memalukan.

3. Kondisinya: yang menikah dan yang meninggal anak konglomerat dan kondang, yang mana prioritas utama Anda?

4. Waktu Anda menentukan prioritas, apakah itu terjadi spontan atau Anda memikirkan dahulu penting atau tidak pentingnya kehadiran Anda di salah satu tempat itu untuk masa depan Anda?

5. Anda bekerja sebagai kuli tinta mode, apakah Anda akan hadir dengan penuh semangat di peragaan busana desainer superkondang atau yang biasa-biasa saja?

6. Ada seseorang bertanya kepada Anda, mengapa Anda melakukan perbedaan? Mengapa susah sekali menjadi teman dalam segala cuaca? Apakah kira-kira jawaban Anda? Kalau saya jujur, capai ngurusin orang lagi kesusahan. (Samuel Mulia)